Jika Saya Menjadi Pemimpin, Saya Akan Memperbaiki Pendidikan di Negeri Tercinta Ini.

 

Jika Saya Menjadi Pemimpin, Saya Akan Memperbaiki Pendidikan di Negeri Tercinta Ini

Oleh : Hilda Fadilla

 

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi hidup seseorang, banyak manusia di dunia ini yang bersedia bersusah payah dan mengorbankan harta serta waktu demi pendidikan. Bahkan tak asing terdengar oleh telinga jika seseorang berkata bahwa pendidikan adalah kunci kesuksesan masa depan bangsa, hal ini sangat tepat. Sebab pendidikan adalah sebuah dasar untuk pengajaran. Di Indonesia ada beberapa undang-undang yang mengatur tentang pendidikan, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3, yang menjelaskan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari tujuan tersebut kita dapat sekilas memahami bahwa pendidikan bukan hanya bertujuan meraih kesuksesan dan prestasi semata, tetapi juga membentuk karakter dan cara berfikir.  Berdasar femaleradio.co.id jumlah siswa di Indonesia sekitar 45,5 juta siswa yang tersebar dari sabang sampai merauke, dengan rincian 25,1 juta siswa SD; 9,9 juta siswa SMP; 4,9 juta siswa SMA; 5,1 juta siswa SMK; dan 175 ribu siswa pendidikan khusus.

 

Prestasi Anak Bangsa

 


(Sumber : sindonews.com)

 

Layar televisi atau sosial media kerap kali menyiarkan berita yang membangakan seantero negeri. Banyak sekali prestasi yang berhasil diraih oleh anak bangsa, baik di ajang perlombaan bertaraf nasional atau bahkan Internasional. Rentan usia mereka bermacam-macam, mulai dari siswa sekolah dasar hingga mahasiswa bahkan orang orang yang sudah menyelesaikan pendidikannya.  Ajang yang mereka ikutipun bermacam – macam, ada yang menjadi juara pada bidang sains seperti olimpiade matematika, fisika, kimia,dll. Ada juga yang menyabet juara pada bidang seni dan olahraga, kemudian ada yang menjadi perwakilan Indonesia di berbagai konferensi bergengsi Internasional.  Ini artinya banyak sekali bibit unggulan bangsa yang dapat diharapkan agar kelak mereka mampu membawa perubahan untuk Indonesia menjadi Indonesia yang lebih maju, berprestasi, dan semakin bersinar di kancah internasional. Hal ini juga membuat keluarga dan bangsa bangga, tak jarang mereka yang berhasil menuai prestasi mendapat penghargaan langsung dari pemimpin negeri ini. Tak hanya tentang prestasi, hal lain adalah tentang banyaknya anak bangsa yang mendapat beasiswa baik dari pemerintah Indonesia itu sendiri atau pemerintah negara lain untuk berkesempatan melanjutkan pendidikan di luar negeri, tentunya beasiswa yang mereka dapat tidaklah sedikit, juga bukan hal mudah untuk meraihnya. Persaingan untuk berprestasi atau mendapatkan beasiswa selalu ketat.

 

Bagaimana yang lain?

Ada manis ada pahit, ada senang ada susah. Begitulah hal hal diciptakan, banyak dari mereka yang mebanggakan, tetapi banyak pula dari mereka yang kebingungan. Mengamati orang orang disekitar membuat semakin paham, bahwa biasanya mereka yang cemerlang mengukir prestasi sudah memiliki dasar sedari kecil, dalam artian bisa jadi  karena memiliki orang tua yang berpendidikan dan paham kemana harus mengarahkan anak-anaknya , bisa jadi karena kelengkapan fasilitas yang diberikan orang orang disekitarnya baik orang tua maupun guru, bisa jadi karena selalu didukung dan diberikan motivasi sehingga muncul dorongan dalam diri anak tersebut untuk berprestasi, bisa jadi karena berada dalam lingkungan yang baik, sehingga ‘terseret’ untuk melakukan hal yang sama.

Namun bagaimana nasib mereka yang lahir di lingkungan dengan orang orang yang tidak menyadari pentingnya pendidikan, bahkan tidak pernah duduk di bangku sekolah?

Bagaimana nasib anak anak yang lahir dari rahim ibu-ibu yang kelaparan, yang hanya bisa memenuhi kebutuhan makannya ?

Bagaimana nasib anak anak yang terlahir di daerah terjauh dan terpencil dengan minimnya fasilitas?

(Sumber : kseuinjkt.or.id)

(Sumber : harnas.com)

 

Dan kejadian yang paling banyak disekitar adalah banyak sekali siswa yang pintar namun belum bisa meraih prestasi apa apa, seakan akan mereka hanya berfokus pada pelajaran yang diajarkan diruang kelas. Masih banyak juga pemuda yang berstatus mahasiswa tetapi masih mengalami “krisis identitas”, tidak tahu dimana potensi dirinya sendiri, tidak tahu dibagian mana minat dan bakatnya. Anggapan kebanyakan orang tua –terutama di pedesaan- bahwa anak pintar adalah anak yang mendapat nilai tinggi saat pelajaran matematika atau menjadi juara 1 dikelas, sebenarnya anggapan itu tidak keliru. Tetapi ada faktor lain yang bisa menjadi pendorong keberhasilan hidup seseorang, yaitu karakter, minat dan bakat. Mudah sekali kita temui anak muda yang lebih suka menghabiskan waktu dengan hal yang kurang bermanfaat bahkan sering kali mendekati hal negatif, atau anak anak usia sekolah dasar hingga sekolah menangah yang terlena oleh gawai hingga sebenarnya menimbulkan kerugian bagi diri mereka sendiri seperti tidak ingat waktu, tidak mau makan, suka begadang, tidak lagi fokus dalam belajar, lupa mengerjakkan tugas, bahkan mengakses hal hal yang tidak semestinya. Selain dampak bahaya itu, terlalu banyak bermain gadget juga sebenarnya merenggut waktu anak anak yang seharusnya digunakan untuk bermain di alam dan bersosialisasi dengan lingkungan.

            Jika saya menjadi pemimpin, saya ingin sekali memperbaiki pendidikan di negeri tercinta ini. Pertama adalah pemerataan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar di seluruh wilayah sampai pelosok negeri dan perbatasan. Karena dengan tersedianya fasilitas yang memadai serta ruang ruang kelas yang layak dan nyaman, para siswa akan lebih mudah dan bersemangat untuk pergi ke sekolah. Pemerataan ini juga merupakan implementasi dari pancasila yaitu sila ke 5 yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Semua anak tanpa terkecuali, harus memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan menikmati fasilitas, jangan sampai ada yang tertinggal agar pemikiran dan pandangan mereka menatap jauh kedepan dengan semangat dan optimisme, selain pemerataan saya juga ingin menyediakan pendidikan gratis,  kita bisa belajar dari berbagai negara yang menyediakan pendidikan gratis bagi semua warganya tanpa terkecuali  seperti Finlandia, Swedia, Jerman,  Turki, dll. Saya tidak ingin lagi melihat anak yang putus sekolah kemudian mengemis atau mengamen di jalanan, saya juga tidak ingin para orang tua memiliki hutang yang melilit demi menyekolahkan anaknya.  Selanjutnya saya ingin sekali membuat sebuah lembaga yang berfokus pada pengembangan minat dan bakat, anggap saja ini merupakan pengembangan dari kegiatan ekstrakulikuler yang lebih tersusun dan terjadwal. Saya harap semua anak bisa menemukan dan mengembangkan potensi dirinya agar tidak ada lagi yang mengalami krisis identitas, karena saya yakin, Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada anak yang bodoh atau tidak bisa, yang harus dilakukan adalah menggali dan menuntun mereka untuk mengembangkan potensi tersebut. Selain mengembangkan minat dan bakat, lembaga ini juga harus mampu mempengaruhi karakter mereka, membenarkan mindest, membantu mengajarkan bagaimana mengelola waktu, memberi motivasi agar semua anak berani memiliki cita cita, mau berkarya dan bisa berprestasi sesuai bidangnya masing-masing, dan menjadi jembatan atau pembimbing untuk anak agar bisa mengikuti ajang perlombaan,  tentunya juga dengan memiliki sikap dan sifat yang luhur. Bayangkan saja jika sudah demikian, mereka akan paham arah dan tujuan hidupnya, kemudian mereka akan mengusahan menempuh berbagai cara untuk meraih cita-citanya sehingga berangkat ke sekolah untuk menuntut ilmu dengan hati yang senang, pikiran yang tenang dan jiwa yang sepenuhnya. Bagi peran generasi muda yang sudah berada di posisi dan keadaan yang baik, kewajiban mereka adalah berbagi melalui apapun bentuknya, bisa ilmu, materi atau yang lain, mereka harus semangat menebar aura positif yang dapat menginspirasi orang orang disekitarnya, setidaknya teman di samping kiri kananya.Hal besar juga bisa di awali dengan hal- hal kecil. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan generasi yang berkualitas pula.

Komentar

Posting Komentar